Menurut WHO (World Health Organization) bahwa depresi berada pada urutan keempat penyakit di dunia pada tahun 2000. Pada tahun 2020, depresi diperkirakan menempati urutan kedua penyakit di dunia. Dengan semakin meningkatnya tekanan kehidupan semakin banyak orang-orang yang menunjukkan gejala depresi. Angka-angka ini semakin bertambah untuk masa-masa mendatang yang disebabkan karena beberapa hal, salah satunya karena stressor psikososial semakin berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah stressor psikososial sebagai stressor terjadinya depresi di wilayah kerja puskesmas Mangasa Makassar.
Desain penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita depresi di wilayah kerja puskesmas Mangasa Makassar sebanyak 21 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 20 responden. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner DASS 42 (Instrument Depression Anxiety Stress Scale dan kuesioner Stressor Psikososial. Uji statistik analisa univariat, bivariat dan multivariat menggunakan tabel distribusi frekuensi dan uji Chi square serta uji Regresi logistic.
Hasil uji Chi Square dengan melihat Fisher’s exact test menunjukkan bahwa perkawinan, problem orang tua, hubungan interpersonal, lingkungan hidup, status ekonomi/keuangan, hukum, penyakit fisik, perkembangan fisik dan psikis, dan trauma sebagai stressor psikososial terjadinya depresi di wilayah kerja puskesmas Mangasa Makassar. Dan hasil uij regresi logistic menunjukkan bahwa stressor psikososial yang paling berpengaruh adalah trauma.
Disarankan agar pihak puskesmas khususnya tenaga keperawatan agar lebih mendalami tentang stressor psikososial pada penderita depresi dan selanjutnya dapat melakukan penyuluhan tentang trauma melalui program CMHN (Community Mental Health Nursing).