Detail Cantuman
Text
skripsi:PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN PASIEN DENGAN MASALAH GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RSKD PROV SUL-SEL MAKASSAR 2012 ISMAIL 70300108040
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi dan persaingan bebas kecenderungan terhadap
peningkatan gangguan jiwa semakin besar. Hal ini disebabkan, karena stressor
dalam kehidupan semakin kompleks. Sejalan dengan hal ini kemampuan
sumber daya manusia yang berkualitas sangat diharapkan untuk mengatasi hal
tersebut. Berbagai upaya telah ditempuh untuk meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia di lingkungan pendidikan keperawatan maupun
pelayanan, baik formal maupun informal (Suliswati, 2005).
Definisi kesehatan jiwa menurut UU No.3 tahun 1996 yang dikutip Yosep
(2009) adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual,
emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras
dengan orang lain.
Salah satu bentuk gangguan jiwa adalah halusinasi. Menurut Sunardi
(1995) yang dikutip Dalami (2009), halusinasi adalah persepsi yang salah atau
palsu tetapi tidak ada rangsangan yang menimbulkan atau tidak ada objek.
Halusinasi adalah distorsi persepsi yang terjadi pada respon neurobiologikal
yang maladaptif (Stuart and Sundeen, 2007).
Di rumah sakit jiwa Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa adalah gangguan halusinasi pendengaran, 20%
halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidung, pengecapan,
dan perabaan.
2
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain (Mubarak, 2009). Keluarga dipandang sebagai suatu
sistem, maka gangguan jiwa pada satu anggota keluarga akan mengganggu
semua sistem, atau keadaan keluarga. Hal ini merupakan faktor penyebab
terjadinya gangguan jiwa pada anggota keluarga. Dapat disimpulkan bahwa
betapa pentingnya peran keluarga pada peristiwa terjadinya gangguan jiwa dan
proses penyesuaian kembali setelah selesai program perawatan. Oleh karena itu
keterlibatan keluarga dalam perawatan sangat menguntungkan proses
pemulihan pasien (Yosep, 2009).
Namun untuk penyakit yang serius atau penyakit yang mengancam
jiwa,krisis keluargapun bisa terjadi,dimana keluarga mengalami kekacauan
sebentar sebagai respon terhadap kekuatan stressor.
Allah Swt berfirman dalam Q.S. Asy-Syu’ara’/ 26: 221-223
Terjemahnya :
Apakah akan aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaitan- syaitan itu
turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak
dosa,Mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaitan) itu, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta.
Ayat-ayat di atas lalu menjelaskan bahwa Al-Qur’an bersumber dari Allah
Swt.dan tidak mungkin bersumber dari setan atau dibawa turun olehnya.Nabi
Muhammad Saw. Pun tidak mungkin di kunjungi oleh setan lalu memperdayakan
beliau karena beliau selalu mendekatkan diri kepada Allah,bangun shalat baik
3
sendirian maupun berjamaah sehingga Allah selalu melihat,membimbing dan
memelihara beliau. Setelah uraian itu,kini di jelaskan siapa yang dapat didekati
dan dirayu oleh setan. Dengan gaya bertanya untuk menarik perhatian mitra
bicara,ayat diatas menyatakan: apakah akan aku beritakan kepada kamu berita
yang sangat penting lagi bermanfaat untuk kamu ketahui yaitu kepada siapa saja
silih berganti dari saat ke saat turun setan setan kepadanya? Ketahuilah bahwa
mereka,yakni setan-setan,turun dari saat ke saat kepada setiap pendusta lagi
pendurhaka. Mereka yakni para pendusta dan pendurhaka itu, senantiasa
menghadapkan pendengarankepada setan serta tekun memperlihatkanya dan
kebanyakan mereka, baik setan-setan itu maupun para pendurhaka yang mereka
kunjungi,adalah pendusta-pendusta yang sangat banyak berbohong lagi mantap
kebohongannya. Kata affak terambil dari kata Al-ifik yang antara lain bermakna
terbalik. Kebohongan dinamai ifik karena pelakunya berbohong dengan memutar
balikkan fakta. Al-affak adalah orang yang banyak melakukan kebohongan.
Sementara ulama berpendapat bahwa yang di maksud disini adalah para dukun
dan para pemukau agama kaum musyrikin yang bertugas memelihara berhala-berhala serta yang dikunjungi para penyembah-penyembah meminta restu dan
petunjuk.
Kata atsim terambil dari kata itsm yaitu dosa-dosa patron kata yang
digunakan dalam Al-Qur’an untuk mengandung makna yang berulang dan
banyaknya dosa yang telah dilakukan kebohongannya antara lain. Kerena dia yang
sering turun kepadanya-sedang dosanya. Adalah karena dia menyesatkan manusia
dengan kebohonganya itu.
4
Kata yulqun pada mulanya berarti melempar sesuatu yang berat. Yang
dimaksud disini adalah memberi perhatian yang sangat besar, seakan-akan indra
pendengaran dilumpuhkan, yakni diarahkan dengan kuat menuju apa yang
didengar tidak mengubahnya seperti yang melempar batu kearah siapa yang
hendak dia tuju. Memang jika anda bermaksud mendengar secara sungguh-sungguh, anda menggunakan telinga kesumber suara,dengan memalingkan wajah
kearahnya bahkan boleh jadi dengan mendorong dengan tangan anak telinga anda
kearah yang dimaksud. Kalimat mereka menghadapkan pendengar ada juga yang
memahaminya dalam arti setan-setan jin menghadapkan pendengaran kelangit dan
mereka berusaha mendengar kata-kata malaikat.(Tafsir Al-Mishbah)
Tugas keluarga dalam masalah kesehatan yakni, mengenal adanya
gangguan kesehatan sedini mungkin, mengambil keputusan dalam mencari
pertolongan atau bantuan kesehatan bagi anggota keluarga yang sakit, memberi
perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, cacat maupun yang tidak sakit tapi
memerlukan bantuan, menanggulangi keadaan darurat kesehatan, menciptakan
lingkungan keluarga yang sehat, memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat
(Mubarak, 2009).
Pendidikan kesehatan jiwa pada keluarga adalah memberikan bimbingan
dan penyuluhan kesehatan jiwa pada masyarakat dalam rangka meningkatkan
kesehatan jiwa pada keluarga, mencegah penyakit dan mengenali gangguan
jiwa secara dini dan upaya pengobatannya (Suliswati, 2005 ).
5
Penderita jiwa di dunia menurut WHO yaitu sebanyak 450 juta jiwa
sedangkan jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia pada tahun 2011 yaitu
19 juta di mana 1 juta diantaranya mengalami gangguan jiwa hebat atau psikis.
Berdasarkan data yang diperoleh di RSKD Prov Sul-Sel Makassar. pada
tahun 2012 terdapat 1.807 penderita halusinasi yaitu di ruangan Meranti
sebanyak 180, Kenanga sebanyak 247, Palm sebanyak 110, Cempaka sebanyak
34, Mahoni sebanyak 370, Nyiur sebanyak 240, Beringin sebanyak 6, Kenari
261, Sawit sebanyak 273, Flamboyan sebanyak 28 dan Ketapang sebanyak
58.Karena banyaknya penderita halusinasi maka diperlukan pendidikan
kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga sehingga dapat
membantu pasien mengontrol halusinsinya.Serta keluarga sangat berperan
penting untuk membantu pasien dalam mengontrol halusinasinya sehingga
dapat mengurangi tingkat terjadinya halusinasi pendengaran.
Dengan adanya masalah-masalah diatas maka penulis berkeinginan
mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan
keluarga merawat pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori halusinasi
pendengaran di RSKD Prov Sul-Sel Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan:
“Adakah pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan
keluarga tentang perawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran di RSKD Prov Sul-Sel Makassar.
6
C.Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan
pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien dengan masalah gangguan
persepsi sensori halusinasi pendengaran di RSKD Prov Sul-Sel Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan keluarga sebelum pendidikan
kesehatan tentang perawatan pasien dengan gangguan persepsi
halusinasi pendengaran.
b. Mengetahui tingkat pengetahuan keluarga setelah pendidikan
kesehatan tentang perawatan pasien dengan masalah gangguan
persepsi halusinasi pendengaran.
c. Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan
pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien dengan masalah
gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran di RSKD Prov Sul-Sel Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian dapat dijadikan masukan bagi RSKD Prov Sul-Sel
makassar terhadap pemberian pelayanan kesehatan jiwa dan
pengembangan program kesehatan jiwa masyarakat.
2. Memperkaya sumber bacaan dibidang keperawatan dan pelayanan
kesehatan jiwa dan pengembangan kesehatan jiwa.
7
3. Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam peningkatan kualitas
pemberian asuhan keperawatan jiwa kepada masyarakat secara optimal.
Ketersediaan
Tidak ada salinan data
Informasi Detil
Judul Seri |
untuk Baca FULL TEXT di perpustakaan FKIK UINAM
|
---|---|
No. Panggil |
Skripsi
|
Penerbit | Perpustakaan FKIK : ., 2012 |
Deskripsi Fisik |
-
|
Bahasa |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Klasifikasi |
NONE
|
Tipe Isi |
-
|
Tipe Media |
-
|
Tipe Pembawa |
-
|
Edisi |
-
|
Subyek |
-
|
Info Detil Spesifik |
-
|
Pernyataan Tanggungjawab |
-
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain
Lampiran Berkas
Informasi
DETAIL CANTUMAN
Kembali ke sebelumnyaXML DetailCite this
Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Duis nec cursus mauris. Nullam vel nunc quis ipsum laoreet interdum. Maecenas aliquet nec velit in consequat.
Info selengkapnya